Mediapers.com, Temanggung, Posko 6 KKN STABN Sriwijaya 2024 mengadakan kegiatan edukatif di Dusun Ngadisari, Desa Tempuran, Kaloran, Temanggung sabtu 26 Oktober 2024. Dalam acara rutin perkumpulan Ibu-Ibu PKK, tema yang diangkat adalah “Mana yang Lebih Baik: Pernikahan Dini atau Takut Menikah?” acara yang dihadiri kurang lebih 50 peserta
Dalam diskusi tersebut, mahasiswa KKN menjelaskan bahwa stereotipe mengenai pernikahan dini dan stigma “perawan tua” di desa tidaklah benar. Mereka menekankan pentingnya kesiapan individu dalam memasuki pernikahan, yang meliputi kesiapan mental, fisik, finansial, spiritual, dan dukungan sosial.
Pernikahan dini masih menjadi masalah serius di berbagai daerah, terutama di negara berkembang. Fenomena ini tidak hanya mengancam kesehatan fisik dan mental anak, tetapi juga menghambat pendidikan dan kesempatan masa depan mereka. Menurut laporan UNICEF, sekitar 12 juta gadis di seluruh dunia menikah setiap tahun sebelum mencapai usia 18 tahun, yang berpotensi menyebabkan berbagai risiko kesehatan, termasuk komplikasi saat melahirkan yang dapat berujung pada kematian ibu dan bayi.
Selain dampak kesehatan, pernikahan dini juga berdampak negatif pada pendidikan anak. Banyak gadis yang terpaksa menghentikan pendidikan formal setelah menikah, mengurangi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan di dunia kerja. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus, di mana generasi berikutnya terjebak dalam ketidakberdayaan ekonomi.
Pernikahan dini sering kali berdampak pada kesehatan mental anak. Mereka yang menikah pada usia muda sering mengalami stres, depresi, dan kurangnya dukungan sosial, serta terjebak dalam hubungan yang tidak seimbang, di mana kekerasan dalam rumah tangga menjadi ancaman nyata.
“Menikah bukan hanya sekadar memenuhi tuntutan sosial, tetapi seharusnya didasarkan pada kesiapan dan komitmen yang matang,” ungkap salah satu mahasiswa KKN. Dengan pemahaman ini, diharapkan para ibu dapat lebih bijak dalam mendampingi putra-putri mereka, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh menjadi individu yang lebih siap dan terencana.
Kegiatan ini diharapkan mampu membuka wawasan dan membangun kesadaran di kalangan masyarakat mengenai pentingnya perencanaan yang matang dalam pernikahan. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta generasi yang lebih siap menyongsong tantangan menuju Generasi Emas 2045.
Acara diakhiri dengan diskusi interaktif antara peserta, yang menunjukkan antusiasme para ibu dalam menggali lebih dalam tentang tema yang dibahas. Melalui upaya bersama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang, di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang tanpa tekanan untuk menikah di usia yang sangat muda. Menghentikan pernikahan dini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga merupakan kewajiban sosial untuk memastikan kesejahteraan generasi mendatang.(rvn)